Pages

Jumat, 24 Maret 2017

Kenakalan Remaja

Masalah Sosial Kenakalan Remaja
Wawancara Pelaku Tawuran Antar Pelajar


Nama Kelompok :
Abiyoga Wisesono                   30416036
Adrianto                                     30416263
Agung Sedayu Achkam          30414487
Bambang Alibowo                   31416337
Christania Wibawani Putri   31416598
Felia Stassy Wiratna               32416771
                                                                                               
                                   

Tawuran Antar Pelajar

            Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran sudah tidak lagi menjadi pemberitaan yang asing lagi ditelinga kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “tawuran” berasal dari kata “tawur” yang dapat diartikan sebagai perkelahian beramai-ramai. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).
            Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal ataupun eksternal. Tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Kekerasan dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkan.
            Tawuran antar pelajar semakin menjadi semenjak terciptanya geng atau kelompok, Perilaku anarki ini selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat, mereka merasa bangga jika masyarakat takut dengan geng atau kelompoknya. Pada saat bersamaan masyarakat hanya bisa menyaksikan kekerasan demi kekerasan terjadi antara mereka dan seringkali mencaci perbuatan mereka tanpa berusaha mencari solusi yang bijak akan permasalahan tersebut. Memojokkan mereka dari sudut pandang negatif yang ada. Namun sebenarnya tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa kesalahan itu berasal dari dalam diri atau faktor internal pelajar itu sendiri.

Faktor-faktor Penyebab Tawuran

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.

·        Faktor internal

Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak.  Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang.
Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.

·        Faktor keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994), berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.

·        Faktor sekolah

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
Bagi Durkheim, sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Emile Durkheim, Leducation Morale ( Paris : Libraire Felix Alean, 1925), hal. 68. Untuk itu dibutuhkan sekali keselarasan antara harapan masyarakat dengan sistem pengajaran. Sekolah untuk lingkungan masyarakat militer harus berbeda dengan cara pengajaran di sekolah yang memperuntukkan anak didiknya untuk dunia industri. Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih focus terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar.

·        Faktor lingkungan.

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran. Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi salah satu faktor pemicu seorang pelajar atau remaja melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan untuk meminimalisasi remaja untuk mencari kegiatan-kegiatan negative di luar lingkungan mereka atau dengan kata lain untuk meminimalisasi tawuran pelajar.

Aspek- aspek yang Menimbulkan Tawuran Pelajar

1. Aspek dendam
Tidak sedikit penyebab tawuran dikarenakan dendam entah itu karena pemalakan yang dilakukan pelajar sekolah atau dendam karena tidak bisa bersekolah di sekolah yang diinginkan. Sehingga timbul keinginan untuk merusak sekolah yang dimaksud.
Aspek dendam ini menimbulkan kemungkinan tawuran-tawuran berikutnya bahkan mungkin hanya diawali dengan saling pandang. Karena sebenarnya sudah ada kebencian yang mendasari hati mereka.

2. Aspek selain dendam
1)Perayaan hasil UN (Ujian Nasional)
Ada kebiasaan perayaan hasil ujian nasional bagi pelajar. Yaitu dengan melakukan pawai keliling kota, meneriakkan yel-yel dan sebagainya. Pada saat bersamaan satu rombongan bertemu dengan rombongan sekolah lain. Dan pertemuan itu menimbulkan saling ejek sehingga emosi meluap dan selanjutnya terjadilah sebuah tawuran.
2)Perayaan hari libur
Seringnya pelajar memaknai hari libur sebagai hari tanpa aktifitas atau sering hari bebas. Untuk sementara waktu mereka akan berhenti melakukan aktivitas belajar. Sehingga mereka beranggapan akan melakukan tawuran dan setelah itu mereka bisa sembunyi dirumah tanpa takut keluar rumah. Karena aktifitas mereka hanya ada dirumah.

Dampak Tawuran Pelajar


·         Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
·         Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
·         Terganggunya proses belajar di sekolah.
·         Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
·         Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.


Hal-hal yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Tawuran Pelajar

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.

3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.

5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.


Cara lain yang ditawarkan oleh Kartini Kartono memberikan beberapa cara untuk meminimalisasi tawuran pelajar yang terurai sebagai berikut;

1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun

2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja



Wawancara Pelaku Tawuran Antar Pelajar

            Wawancara dengan narasumber, seorang mahasiswa yang pernah  melakukan tawuran antar pelajar ketika bersekolah di salah satu SMA di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2015.

Senin, 20 Maret 2017 jam 11.00 WIB

Pewawancara : “Apakah benar anda pernah terlibat dalam tawuran antar pelajar?”
Narasumber    : “Pernah, pada saat kelas 2 SMA”
Pewawancara  : “Apakah pada saat itu, anda pertama kalinya melakukan tawuran antar pelajar?”
Narasumber    : “Tidak, saat kelas 1 SMA saya dan temen temen satu tongkrongan sudah     disuruh ikut tawuran sama senior senior”
Pewawancara  : “Umur berapakah anda pada saat itu?”
Narasumber     : “16 tahun”
Pewawancara  : “Bagaimana hubungan anda dengan keluarga?”
Narasumber     : “Hubungan dengan keluarga baik baik aja”
Pewawancara   : “Apakah anda termasuk orang yang terbuka pada keluarga?”
Narasumber      : “Tidak, saya tertutup, kalau ada masalah apapun saya ga pernah cerita”
Pewawancara    : “Apa yang membuat anda berani melakukan hal seperti itu?”
Narasumber       : “Solidaritas antar angkatan sama teman teman, juga kesenagan tersendiri sih”
Pewawancara    : “Apakah ini tawuran yang pertama kali terjadi pada sekolah anda?”
Narasumber       : “Sudah turun temurun dari tahun angkatan atas”
Pewawancara    : “Apa pemicu tawuran tersebut?”
Narasumber       : “Ya  karena sama sama pengen tenar, jadi sekolah yang terkenal gitu”
Pewawancara    : “Apa saja senjata yang digunakan?”
Narasumber       : “Wah kalo senjata mah banyak bang, ada celurit, ada golok, ada gear dan lain-    lain”
Pewawancara     : “Apakah ada korban luka-luka atau meninggal pada saat itu?”
Narasumber        : “Kalau yang meninggal sih jarang, tapi kalau luka luka mah banyak hehe”
Pewawancara     : “Apa resiko yang anda dapatkan pada saat tawuran berlangsung?”
Narasumber        : “Kalau resiko ya luka luka palingan, kalau fatal bisa sampai meninggal”
Pewawancara     : “Apakah setelah tawuran berlangsung memunculkan perdamaian antara  kedua belah pihak?”
Narasumber        :  “Tidak ada kata damai demi merebutkan nama terbaik sekolah,   gengsi  soalnya kalau  minta damai”
Pewawancara      : “Apa yang anda rasakan setelah melakukan tawuran tersebut?”
Narasumber         : “Rasanya puas bisa perang sama teman teman”
Pewawancara       : “Apakah anda masih ingin melakukan tawuran kembali?”
Narasumber          : “Keinginan untuk berhenti sih ada, karna terkadang masih kepikiran  susahnya orang tua nyari duit, tapi mungkin ada saatnya saya bisa bener bener  berhenti dari tawuran”


KESIMPULAN
  1. Salah satu faktor internal yang yang memicu tawuran adalah ketersinggungan antar kelompok dan adanya perasaan terancam, serta faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga seperti kurangnya perhatian dari keluarga. Faktor sekolah meliputi kurangnya kegiatan yang diberikan sekolah yaitu adanya waktu luang yang tidak digunakan siswa untuk mengikuti kegiatan yang positif melainkan waktu luang tersebut digunakan untuk berkumpul tidak jelas, serta adanya sekolah yang dianggap musuh. Faktor lingkungan berupa letak geografis sekolah yang berdekatan sehingga menimbulkan adanya gesekan dan persaingan diantara sekolah tersebut, serta pergaulan siswa disekolah.
  2. Ada banyak cara untuk mengatasi tawuran, tidak harus dengan cara kuratif namun melalui cara preventif. Metode preventif yang baik adalah dengan menanamkan nilai nilai baik kepada remaja dan menyalurkan berbagai tenaga mereka melalui hal positif seperti ekstrakulikuler ataupun hobi yang mereka sukai. Hal tersebut dapat dikatakan pemberian perhatian dan kasih sayang terhadap seorang remaja.

SARAN
1. Pihak Sekolah
Sekolah hendaknya mengoptimalkan upaya dalam mengatasi tawuran, serta menambahkan salah satu upaya dengan melakukan home visit agar pihak sekolah mengetahui latar belakang keluarga siswa yang terlibat tawuran dan memberikan arahan langsung kepada orang tua siswa. Guru lebih komunikatif terhadap orang tua siswa maupun kepada siswa hal ini ditujukan agar kegiatan siswa lebih terpantau.

2. Pihak Siswa
Siswa diharapkan mampu membedakan hal-hal yang baik dan buruk dalam bergaul, siswa mampu menyalurkan bakat yang dimiliki melalui kegiatan positif di sekolah maupun di luar sekolah. Seperti contoh jika siswa memiliki bakat utuk beladiri hendaknya disalurkan pada organisasi beladiri taekwondo, pencak silat, karate dan lainnya. Siswa hendaknya lebih terbuka terhadap orang tua dan guru sehingga ketika ada permasalahan yang dihadapinya dapat diberikan solusi yang baik.

3. Pihak Orangtua Siswa
Orang tua diharapkan lebih memperhatikan anak-anaknya dan memberikan pengarahan agar anak-anaknya tidak terlibat dalam kasus tawuran disekolah. Orang tua mampu menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar anak tidak merasa sendirian.

REFERENSI
  1. http://kbbi.web.id/tawur
  2. http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
  3. http://www.anekamakalah.com/2012/11/remaja-dan-tawuran.html
  4. http://e-journal.uajy.ac.id/4528/2/1HK09838.pdf
  5. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja : Tawuran SMAN 4 Kabupaten Tangerang. online resource :  http://lib.unnes.ac.id/22253/1/3301411037-S.pdf
  6. http://www.sman3pariaman.sch.id/index.php/media-informasi/berita-sekolah/306-9-cara-efektif-mencegah-tawuran-antar-pelajar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar